PEMODELAN TUMPAHAN MINYAK, PERINGATAN DINI PENANGGULANGAN, DAN ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

 

Sub judul

PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIK DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENUNJANG RENCANA STRATEGIS PENANGGULANGAN TUMPAHAN MINYAK DI SELAT MALAKA, SELAT LOMBOK DAN SELAT MAKASAR

 

Oleh:

Safwan Hadi, PhD. dan Dr. Eng. Hamzah Latief

safwan@geoph.itb.ac.id dan hamzah@geoph.itb.ac.id

Lab. Oseanografi Pantai, FIKTM ITB

 

 

ABSTRAK

 Satu set model matematik yang terdiri dari model hidrodinamika dua dimensi (2D) atau tiga dimensi (3D) dan model lintasan tumpahan minyak beserta penyebarannya dikembangkan untuk mensimulasi sirkulasi arus dan gerakan tumpahan minyak di Selat Malaka, Selat Lombok dan Selat Makasar. Model matematik tumpahan minyak kemudian diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menyusun peta indeks kepekaan lingkungan di ketiga selat tersebut.

Animasi gerakan sirkulasi arus dan gerakan tumpahan minyak di Selat Malaka, Selat Lombok dan Selat Makasar telah dibangun menggunakan software developer Borland Delphi untuk melihat perubahan pola arus dan gerakan tumpahan minyak dari waktu ke waktu.  Animasi ini dapat digunakan untuk sistem peringatan dini bencana tumpahan minyak di laut.  Verifikasi model dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi model dengan data pengamatan lapangan.

 

Kata Kunci : pemodelan matematik tumpahan minyak, sistem   informasi geografis, animasi, sistem peringatan dini

 

 

1. PENDAHULUAN

 

1.1           Latar Belakang

Lalu lintas kapal tanker serta kegiatan eksplorasi dan produksi minyak di lepas pantai telah menjadikan kawasan-kawasan tertentu di perairan Indonesia seperti Selat Malaka, Selat Lombok dan Selat Makasar potensial terhadap pencemaran tumpahan minyak. Selat Malaka dan Selat Makasar merupakan salah satu contoh kasus terjadinya tumpahan minyak yang menimbulkan pencemaran di daerah pantai maupun di perairan di kedua selat tersebut. Pada tanggal 19 September 1992 telah terjadi pencemaran minyak di Selat Malaka akibat tabrakan kapal Semi-Container Ocean Blessing dan kapal tanker Nagasaki Spirit. Kecelakaan ini juga menimbulkan pencemaran di pantai timur Sumatera Utara di sekitar wilayah Medan, Deli Serdang, dan Langkat. Demikian juga dengan perairan Selat Makasar, pada tanggal 3 Oktober 1984 telah terjadi tumpahan minyak akibat adanya ledakan anjungan BC-7 di sekitar perairan Bekapai. Tumpahan minyak ini menimbulkan pencemaran di sekitar perairan pantai Muara Bayur, Delta Gosong dan Perairan Bontang. Dan terakhir pada tanggal 4 Oktober 2000, terjadi tumpahan minyak dari Tanker MT Natuna Sea yang kandas di Selat Malaka antara Pulau  Batam dengan Pulau Sudong (Kompas, 6 Oktober 2000).

Upaya pengelolaan penanggulangan resiko pencemaran tumpahan minyak di kawasan laut, menjadi sangat penting karena terkait dengan usaha perlindungan kawasan pesisir dan pantai yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi namun rentan terhadap pencemaran minyak.

Pencemaran yang diakibatkan oleh tumpahan minyak di laut, terutama dalam skala besar, akan menimbulkan masalah lingkungan yang mengganggu ekosistem laut yang berdampak negatif pada produksi perikanan serta mengurangi nilai estetika perairan pantai.  Gerakan dan penyebaran minyak di laut sangat dipengaruhi oleh angin dan arus laut disamping sifat-sifat minyak itu sendiri.  Dalam gerakannya mengikuti arus laut, konsentrasi minyak akan mengalami pengurangan akibat proses kimiawi dan proses biologis.

Proses-proses fisis dan dinamis yang berperan dalam pergerakan dan penyebaran tumpahan minyak serta proses kimiawi dan biologis yang berperan dalam pengurangan konsentrasi tumpahan minyak dikaji di dalam penelitian ini menggunakan model matematis dan simulasi komputer.  Model matematis tumpahan minyak beserta animasinya yang dikembangkan dalam penelitian ini diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menyusun peta indeks kepekaan lingkungan Selat Malaka, Selat Lombok dan Selat Makasar yang akan berguna dalam usaha penganggulangan tumpahan minyak dan perlindungan lingkungan pantai. Selanjutnya integrasi model di atas dapat digunakan sebagai alat untuk peringatan dini jika terjadi tumpahan minyak di perairan selat-selat tersebut di atas.

Model matematis yang disusun dalam penelitian ini merupakan pengembangan model yang telah ada (Hadi, dkk, 1989, Hadi, dkk, 1996) yang meliputi pemodelan proses pergerakan, penyebaran, serta peluruhan tumpahan minyak akibat kombinasi pengaruh proses  fisis, kimiawi dan biologis. Dengan pengembangan model ini disamping dapat ditentukan arah gerak atau lintasan tumpahan minyak yang merupakan kemampuan utama model terdahulu, dapat juga ditentukan luas permukaan laut yang tercemar serta jumlah tumpahan minyak yang masih tersisa setelah berlalunya suatu perioda waktu tertentu. Model ini juga dapat memberikan waktu tempuh yang dibutuhkan oleh suatu tumpahan minyak mencapai perairan pantai serta respon lingkungan dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya.

 

1.2           Tujuan

Studi ini bertujuan untuk membangun model matematik lintasan tumpahan minyak dan penerapan Sistem Informasi Geografis yang dapat digunakan sebagai alat yang dapat berguna dalam upaya penanggulangan tumpahan minyak di Selat Malaka, Selat Lombok dan Selat Makasar.

Upaya penanggulangan tumpahan minyak di laut akan lebih efektif dan biayanya dapat ditekan bila memanfaatkan prediksi-prediksi yang dapat dihasilkan oleh model matematika.

Proses pergerakan dan penyebaran tumpahan minyak di laut disimulasikan dengan model matematik lintasan tumpahan minyak dengan memperhatikan kondisi angin dan arus laut. Hasil pemodelan matematika ini kemudian dipadukan dengan Sistem Informasi Geografis Selat Malaka, Selat Lombok dan Selat Makasar. Dengan mengintegrasikan model matematik tumpahan minyak dengan Sistem Informasi Geografis dapat dibuat peta indeks kepekaan lingkungan ketiga selat tersebut.

Analisis tingkat kerusakan lingkungan akibat pencemaran tumpahan minyak (oil spill hazard assessment)

 

1.3           Tinjauan Pustaka

Pengaruh angin dan arus laut memainkan peranan yang penting dalam pergerakan tumpahan minyak di laut. Mengingat bentuk geometri Selat Malaka dan Selat Makasar berbentuk kanal, arus pasut (pasang surut) akan sangat menentukan pola sirkulasi arus di kedua selat tersebut.

          Beberapa penelitian pasut dan arus pasut di Selat Malaka telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Wyrtki (1961) menemukan bahwa pasut semi diurnal dengan pengecualian dekat Selat Singapura  merupakan pasut campuran yang cenderung semi diurnal. Pasut Selat Malaka di bagian selatan dipengaruhi oleh pasut dari laut Cina Selatan yang bertipe campuran diurnal.

                Untuk konstanta semi diurnal umur pasut di Selat Malaka dan Selat Sunda berbeda 8 jam. Di bagian tengah selat terjadi percabangan gerakan gelombang pasut; sebagian bergerak ke utara (ke arah laut Andaman) dan sebagian bergerak ke selatan (Kepulauan Riau).

          Hasil studi pasut di Selat Malaka oleh tim Jepang, Indonesia, Malaysia dan Singapura (1977-1979) memperlihatkan bahwa di Selat Malaka bagian selatan pasut dari Laut Cina Selatan masuk ke Perairan Singapura, Kepulauan Riau menuju Selat Malaka. Sementara di bagian utara, pasut dari Laut Andaman masuk ke Selat Malaka dan bergerak ke arah selatan yang akhirnya bertemu dengan pasut yang berasal dari Laut Cina Selatan.

          Pugh (1987) menjelaskan bahwa pola arus pasut di Selat Malaka bersifat diurnal sedangkan elevasi muka air berubah secara dominan semi diurnal. Pola arus diurnal dan elvasi muka air semi diurnal berubah di ujung selatan Selat Malaka di sekitar Singapura.

          Penelitian pasut dan arus pasut di Selat Makasar terutama dilakukan oleh Wyrtki (1961). Wyrtki menemukan bahwa pasut di Selat Makasar bagian utara dipengaruhi oleh pasut dari Lautan Pasifik yang bersifat campuran semi diurnal sedangkan di bagian selatan di pengaruhi pasut Laut Jawa yang bertipe campuran diurnal.

                Beberapa studi mengenai tumpahan minyak di Perairan Indonesia dan sekitarnya telah dilakukan baik dengan menggunakan rumus empiris maupun model matematika. Sembiring (1987) melakukan simulasi tumpahan minyak di Perairan Cilacap akibat pengaruh angin dan arus laut menggunakan rumus-rumus empirisdan diagram vektor. Metoda yang sama telah dilakukan oleh Valencia (1978) untuk memprediksi gerakan tumpahan minyak di Perairan Pantai Sabah.

          Hadi dkk. (1989) telah membangun suatu model matematik numerik tumpahan minyak di laut berdasarkan model matematika yang dibangun oleh Dippner (1984). Model Hadi dkk. (1989) dibangun dengan model beda hingga eksplisit yang terikat pada kriteria stabilitas Courant-Frederick-Lewy (CFL) di mana pengambilan langkah waktu komputasi sangat terbatas.

          Dalam studi ini model Hadi dkk. (1989) dimodifikasi dengan cara mengganti metoda eksplisit dengan metoda semi implisit dua langkah. Dengan metoda semi implisit ini pengambilan langkah waktu perhitungan tidak lagi terikat kriteria stabilitas CFL. Ini akan sangat menghemat waktu dan biaya komputasi.

Publikasi hasil penelitian tumpahan minyak yang telah di lakukan di Lab. Oseanografi ITB (Safwan Hadi, dkk):

1. Hadi, S., D.K. Mihardja, Sri Hartati, D. Kumar : Model Tumpahan Minyak di Laut, Laporan Penelitian No. T9422338, Lembaga Penelitian ITB, 1989.

2. Hadi, S., D.K. Mihardja, M.S. Fitriyanto, dan Tri Wahyu Hadi : Model Matematika Sebaran Tumpahan Minyak di selat Malaka, Seminar Hasil Penelitian Sectar Loan Tahun 1989/1990, Bogor, 1990.

3. Hadi, S., M.S. Fitriyanto, dan Tri Wahyu Hadi : A Mathematical Model of Oil Slick Spreadingin the Balongan-Indramayu Coastal Water, Proceeding ITB, Suplement Vol. 26, No. I, 1994.

4. Hadi, S. D.K. Mihardja, dan M.S. Fitriyanto, Nining S.N.H. Latief, I.M. Radjawane, T. Suprijo, F. Riandini, Studi Pola Penyebaran Tumpahan Minyak di Selat Lombok, Kerjasama Jurusan GM ITB  dan Bapedal, 1995.

5 Hadi, S. D.K. Mihardja, dan M.S. Fitriyanto, Nining S.N.H. Latief, I.M. Radjawane, T. Suprijo, F. Riandini, Studi Pola Penyebaran Tumpahan Minyak di Selat Makasar, Kerjasama Jurusan GM ITB  dan Bapedal, 1995.

6. Hadi, S., D.K. Mihardja, Totok S., : Oil Spill Model at Makssar Strait, Workshop on Oill Spill Modeling, Pusan-South Korea, 1996.

7 Hadi, S. dkk., : Integrasi SIG dengan Model Matematis Lintasan Tumpahan Minyak di Laut; Studi Kasus Selat Malaka, Laporan Penelitian Kerjasama dengan BPPT, 1998.

8.      Hadi, S., I. Gunawan, N.S. Ningsih, H. Latief, M.S. Fitriyanto, : Pengemba-ngan Model Matematik dan Penerapan Sistem Informasi Geografis untuk Rencana Strategis Penanggulangan Tumpahan Minyak di Selat Lombok dan Selat Makasar, Laporan RUT VII, perioda 1999-2000, Lembaga Penelitian ITB dan Dewan Riset Nasional Menristek, 2000

Dan beberapa hasil penelitian Tugas akhir dibawah Bimbingan Dr. Safwan Hadi

 

1.4           Hipotesa

1. Pergerakan dan penyebaran tumpahan minyak akan sangat dipengaruhi oleh medan arus dan angin yang terjadi dilokasi terjadinya tumpahan minyak.  Bila pergerakan dan penyebaran tumpahan minyak ini mengarah ke pantai akibatnya akan dapat mencemari kawasan pantai. Model matematika dapat digunakan untuk mengetahui gerak tumpahan minyak secara lebih dini  (early warning system) sehingga peroses penanggulangan tumpahan minyak dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien.

2         Perairan pantai banyak mengandung kehidupan hayati yang perlu untuk dilindungi dari pencemaran khususnya pencemaran oleh tumpahan minyak. Untuk itu perlu dikembangkan suatu peta indeks yang dapat menggambarkan kepekaan lingkungan perairan sehingga membantu pencegahan dan penanggulangan pencemaran perairan pantai oleh tumpahan minyak.

3         Dari peta indeks lingkungan serta tingkat sebaran tumpahan minyak di perairan pantai dan di laut lepas dapat digunakan sebagai data dasar dalam mengestimasi tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh bencana tumpahan minyak, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar tuntutan (claim) terhadap penyebab pencemaran tumpahan minyak.

 

1.5           Data Awal Yang Mendukung Program

Data awal yang mendukung riset antara lain :

 


2. PROSEDUR DAN METODA

 

Model Sirkulasi Arus Laut

Upaya penanggulangan dampak tumpahan minyak di jalur pelayaran tanker akan lebih efektif bila mekanisme sirkulasi arus laut dapat dipahami dengan baik. Mekanisme ini dapat dijelaskan melalui simulasi model sirkulasi arus laut (model hidrodinamika). Pada studi model hidrodinamika yang telah dilakukan, yaitu model 2 Dimensi untuk lokasi Selat Malaka, Selat Makasar, dan Selat Lombok sedangkan 3 Dimensi untuk Selat Makasar.

 Model Tumpahan Minyak

Arus permukaan dan angin permukaan laut merupakan dua faktor utama yang sangat mempengaruhi gerakan tumpahan minyak di laut. Segera setelah minyak tumpah di laut ia akan dibawa menjauhi lokasi kejadian oleh arus laut dan angin. Dalam memodelkan lintasan (trayektori) tumpahan minyak di laut dengan sendirinya perlu diketahui kondisi arus dan angin di lokasi kejadian. Kondisi arus dapat diperoleh dari model sirkulasi arus laut (model hidrodinamika) sementara data angin diperoleh dari pengamatan lapangan atau dari Badan Meteorologi dan Geofisika di dekat lokasi tersebut.

Untuk merunut lintasan suatu gerakan tumpahan minyak dalam interval waktu tertentu, dibutuhkan medan kecepatan dalam koordinat Lagrange. Karena hasil model hidrodinamika adalah medan kecepatan dalam koordinat Euler maka perlu dilakukan transformasi koordinat Lagrange.

 

Penyebaran Tumpahan Minyak (Spreading)

Minyak yang tumpah ke atas permukaan air cenderung untuk menyebar ke arah luar sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis. Kecenderungan untuk menyebar ini merupakan pengaruh dua gaya fisis yaitu gaya gravitasi dan tegangan permukaan. Dalam gerakannya yang menyebar itu tumpahan minyak diperlambat oleh gaya inersia dan gaya viskos. Oleh karena itu penyebaran tumpahan minyak dihitung dalam tiga regime yang berubah dalam waktu yaitu regime gravitasi‑inersia, regime gravitasi‑viskos, dan  regime tegangan permukaan.

 

2.3          Sistem Informasi Geografis Sebagai Alat Bantu

Perencanaan dan Penanggulangan Tumpahan Minyak

 

Pada sistem informasi tumpahan minyak ini digunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai alat bantu utama dalam pembuatan peta dengan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) atau Environmental Sensitivity Index (ESI) di daerah Sumatera Utara, yang digunakan untuk penetapan keputusan dalam Perencanaan Penanggulangan Tumpahan Minyak di Selat Malaka (Nugroho, 1998, Huda, 1999), di daerah Kalimantan Timur  untuk Selat Makasar (Arvelyna, 1997, Widiya, 2000) dan untuk Selat Lombok digunakan peta ESI yang meliputi pesisir barat Pulau Lombok dan pesisir tenggara Pulau Bali.

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis merupakan kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras, seperti komputer, ke perangkat lunak geografi seperti peta untuk memperoleh, menyimpan, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi bereferensi geografis.

Komponen Sistem Informasi Geografis

Komponen utama dalam SIG saling berkaitan satu sama lain, sehingga bila salah satu tidak ada maka akan mempengaruhi hasil yang diinginkan. Komponen-komponen tersebut antara lain :

-          Sistem komputer,

-          Data, terdiri dari data keruangan (spasial) dan data bukan keruangan (non spasial).

-          Sumber Daya Manusia

Integrasi Model Matematis Lintasan Tumpahan Minyak dengan Sistem Informasi Geografis

Integrasi model lintasan tumpahan minyak dengan SIG, pada prinsipnya adalah memplot dan memvisualisasikan lintasan dan penyebaran hasil simulasi model pada Peta Indeks Kepekaan Lingkungan (ESI) beserta dengan semua basis pendukungnya. Integrasi ini merupakan salah satu aplikasi SIG yang digunakan dalam perencanaan penganggulangan keadaan darurat di Selat Malaka, hal yang sama juga dilakukan untuk Selat Makasar dan Selat Lombok.

 

Gambar 1.1 Diagram Alir Sistem Integrasi Model Lintasan Tumpahan Minyak dengan SIG

 

Animasi Tumpahan Minyak

Dalam memenuhi tuntutan hasil model matematis yang mudah diinterpretasi, perlu dikembangkan suatu aplikasi visualisasi animasi model matematis yang interaktif, yang dapat memudahkan interpretasi dan analisis terhadap hasil model, sehingga model tersebut lebih aplikatif dan user friendly. Hal tersebut juga dapat diterapkan pada model tumpahan minyak, guna menunjang proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dalam penanggulangan bencana tumpahan minyak di laut.

Huda (1999) memberikan berbagai teknik animasi yang dikembangkan untuk mencoba menggambarkan data secara grafis. Selanjutnya Widiya (2000) mengembangkan animasi dan integrasi terhadap  basis data dalam mensimulasikan tumpahan minyak secara real time.  

 

3. HASIL MODEL

Hasil Model di Selat Malaka, Selat Lombok dan Selat Makasar, dan perairan Batam

Gambar Animasi Arus Model Besar Selat Malaka

 Gambar Animasi Tumpahan Minyak Model Kecil Selat Malaka Angin dari Barat Daya

Gambar Animasi Arus Model Besar Selat Makasar

 

Gambar Animasi Arus Model Kecil Tanjung Bayur

 

Gambar Animasi Tumpahan Minyak Tanjung Bayur, Angin Dari Selatan dilengkapi peta indeks kepekaan lingkungan

 

Gambar Animasi Tumpahan Minyak Teluk Balikpapan Angin Dari Barat Daya

Gambar Animasi Arus Selat Lombok

Gambar Animasi Tumpahan Selat Lombok, Simulasi 24 Jam Angin Timur Laut

 

Gambar Animasi Tumpahan Selat Malaka antara Pulau  Batam dengan Pulau Sudong, Simulasi 48 Jam Angin Arah Timur Laut

 

Gambar Animasi Tumpahan Selat Malaka antara Pulau  Batam dengan Pulau Sudong, Simulasi 48 Jam Angin Arah Barat

 

 

 4. PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK DALAM SISTEM

    PERINGATAN DINI

 

4.1 Basis Data

Basis data adalah salah satu bagian penting dari sistem integrasi model hidrodinamika dan tumpahan minyak pada pemanfaatannya dalam sistem  peringatan dini saat terjadi tumpahan minyak yang sebenarnya (an actual oil spill event).  Untuk itu perlu dibangun suatu basis data yang berasarkan zonasi daerah rawan bencana tumpahan minyak, seperti Selat Malaka, Selat Makasar, Selat Lombok dan lokasi-lokasi lainnya. Pada setiap zona ini selanjutnya dibangun basis data pendukung yang berperan langsung dalam model penyebaran tumpahan minyak tersebut, seperti: data minyak yang tumpah, data pasang surut, data arus, data angin, data tata guna lahan, serta data daerah-daerah sumber daya laut dan pantai yang rawan terhadap pencemaran minyak (indeks kepekaan lingkungan).

Dari data-data tersebut selanjutnya didesain beberapa basis data yang digunakan untuk membangun seperangkat sistem peringatan dini. Sistem ini terdiri dari tiga sub-sistem utama (lihat Gambar) yaitu:

 

a.                 Basis Data Arus dan Elevasi Muka Laut

Sub-sistem data arus, diperoleh dari hasil simulasi model hidrodinamika, pada suatu model (kecil) yang disimpan (save) untuk setiap jam dari hasil pacu (runing) model selama dua siklus pasut purnama (spring) dan dua siklus pasut perbani (neap) atau sekitar satu bulan dengan 696 set data arus. Setiap data akan berkorelasi dengan indeks elevasi muka laut saat masing-masing arus jam-jaman itu terjadi. Selanjutnya indeks elevasi ini digunakan saat men-searching pola elevasi pasut yang sama saat terjadinya tumpahan minyak, sehingga dalam kondisi tumpahan minyak yang sebenarnya (an actual oil spill condition) dapat ditiru secara real time. Elevasi muka laut yang akan dibandingkan dengan indeks elevasi dari simulasi arus didapatkan dari hasil ramalan pasut (Rampas) pada saat terjadi tumpahan minyak.

 

b.                 Basis Data Angin dan Windrose

Data angin yang disimpan dalam sub-sistem ini adalah data angin jam-jaman (jika tersedia) di sekitar daerah lokasi model. Jika data tersebut tidak tersedia maka dapat dilakukan dengan menyimpan data kembang angin (windrose) bulanan, yang sewaktu-waktu dapat dipanggil (call) jika terjadi tumpahan minyak pada bulan yang bersesuaian.

 

c.                  Basis Data Geografi dan Data ESI

Sub-sistem peta geografi ini adalah komponen sangat penting bagi seluruh komponen sistem ini, yang digunakan untuk dapat menyeleksi suatu daerah kerja tertentu yang ada dalam region di atas dengan peta berlatar belakang warna dan dapat diperbesar (zooming) sesuai dengan keinginan  pemakai (user). Sub-sistem ini juga dilengkapi dengan peta ESI yang mengambarkan keragaman hayati serta indeks kepekaan lingkungan yang ada dan tersedia di dalam daerah model.

 

Gambar 4.1 Bagan alir dari Sistem basis data

Integrasi ketiga sub-sistem di atas ditampilkan melalui animasi tumpahan minyak yang dilengkapi dengan indikator yang berbeda jika sebaran tumpahan minyak mencapai suatu lokasi pantai yang mempunyai indeks kepekaan lingkungan yang sudah dianggap berbahaya.

 

4.2    Sistem Peringatan Dini

Di era teknologi informasi modern saat ini, sangat penting untuk memberikan informasi yang cepat-tepat-akurat sesaat setelah terjadi tumpahan minyak, untuk tujuan tersebut, perangkat lunak sistem integrasi model tumpahan minyak dan pengorganisasian data-data dalam bentuk basis data komputer, dapat dirancang menjadi suatu sistem peringatan dini (early warning system), dimana sistem ini secara konstan menyajikan data dan pergerakan minyak yang tumpah, arah gerak dan daerah covered, serta waktu pergerakan (travel time) yang dibutuhkan sampai ke pesisir pantai. Sistem ini juga menampilkan informasi terkini, siap dan mudah untuk diakses, dan dapat diinteraksikan dengan  instansi-instansi yang berkepentingan seperti: Bapedal, TNI, Hubla dan Pemda (lihat Gambar 4.3) serta  universitas dan lembaga riset lainnya.

Pengembangan mengenai sistem manajemen basis data ini didesain untuk dapat digunakan dalam personal komputer (PC) dan disiapkan agar data-data pendukung dalam pemodelan tumpahan minyak ini siap dikirim atau di akses bagi para peneliti atau pemakai yang mencari atau menggunakan data dan informasi yang telah tersedia.

 

Manajemen penggunaan waktu dan memori komputer yang diperlukan untuk menjalankan software sistem peringatan dini ini sangat diperhatikan. Untuk saat ini estimasi waktu, diperlukan untuk menghasilkan informasi perilaku suatu kejadian tumpahan minyak dapat dibagi dalam dua skenario:

1.     Skenario dimana lokasi tempat terjadi tumpahan minyak telah tersedia basis data arus, angin dan basis data geografi, seperti daerah model kecil pada selat Malaka, Selat Makasar dan Lombok maka dalam waktu kurang dari 2 hari informasi perilaku pergerakan dan waktu tiba dari suatu kejadian tumpahan minyak sudah dapat diproduksi. Hal-hal yang dilakukan dalam skenario ini adalah analisis kondisi lingkungan baik kondisi pasang surut maupun angin. Kondisi pasut dianalisis melalui hasil ramalan pasut dari komponen-komponen pasut di daerah model tersebut. Selanjutnya indeks elevasi arus pada basis data dicocokkan dengan hasil ramalan pasut saat kejadian. Bila sudah cocok dengan suatu pola tertentu maka  simulasi tumpahan minyak akan dimulai dengan indeks elevasi arus yang bersesuaian sehingga  dapat meniru keadaan sebenarnya.

2.     Skenario dimana lokasi kejadian tumpahan minyak, sama sekali belum dilakukan pemodelan hidrodinamika, maka sebelum memodelkan penyebaran tumpahan minyak tersebut, terlebih dahulu harus dibuat basis data arusnya dari model hidrodinamika dan menyiapkan data angin. Selanjutnya perangkat lunak tumpahan minyak ini dapat digunakan secara langsung tanpa harus melalui proses pencocokan seperti yang dilakukan pada skenario pertama di atas, sebab data arus yang digunakan sudah buid in dengan model dan indeks elevasi arus saat menjalankan model hidrodinamikanya. Proses ini memerlukan waktu kurang dari 2 minggu, dan waktu ini dapat dipersingkat menjadi 1 minggu atau 4 hari jika data-data sekunder telah tersedia di bank data Laboratorium Oseanografi-ITB.

 

Secara garis besar diagram alir dan waktu yang dibutuhkan untuk peringatan dini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

 

Gambar 4.2. Diagram alir sistem peringatan dini

 

4.3    Operasi Penanggulangan Tumpahan Minyak

Dalam menindaklanjuti penanganan penanggulangan bencana tumpahan minyak maka perlu adanya koordinasi dan pembagian wewenang dari pemerintah serta instansi yang terkait (stake holder). Dalam tingkat operasional, pembagian wewenang tersebut diusulkan seperti pada Gambar

5.2.  Dalam skema tersebut Laboratorium Oseanografi, Institut Teknologi Bandung, berkontribusi sebagai mitra konsultasi dan pemasok informasi dini dari tumpahan minyak tersebut, dimana pengolahan data awalnya bekerjasama dengan BAPEDAL dan PEMDA setempat.

 

 

Gambar 4.3 Skema Operasi Penanggulangan Tumpahan Minyak

 

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan

Model Numerik dan model matematik yang dikembangkan ini telah dapat mensimulasikan pola arus dan pergerakan tumpahan minyak di Selat Malaka, Selat Makasar, dan Selat Lombok  khususnya lintasan partikel tumpahan minyak, pola penyebaran, dan luas sebaran tumpahan minyak beserta animasinya. Secara bertahap hasil simulasi model numerik telah diverifikasi dengan data pengukuran maupun data sekunder. Verifikasi ini dimaksudkan untuk menguji kehandalan model dalam mensimulasikan pergerakan arus dan pergerakan tumpahan minyak. Hasil verifikasi model numerik dengan data pengukuran maupun dengan data sekunder menunjukkan bahwa model cukup akurat dalam mensimulasikan pola arus dan pergerakan tumpahan minyak sehingga model dapat digunakan sebagai alat prediksi.

Integrasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan model matematik tumpahan minyak studi ini telah dapat memvisualisasikan dengan baik hasil simulasi model dan kaitannya dengan kondisi geografis Selat Malaka, Selat Makasar dan Selat Lombok.  Hasil Integrasi SIG dan model matematik tersebut juga dapat digunakan untuk perencanaan penanggulangan tumpahan minyak khususnya dan peringatan dini di Selat Malaka, Selat Makasar, dan Selat Lombok sehingga perencanaan tersebut dapat dilakukan secara tepat, efisien dan ekonomis. Hasil integrasi ini juga dapat dipergunakan untuk menganalisis dampak pencemaran dan kerugian yang ditimbulkannya.

Animasi gerakan arus dan gerakan tumpahan minyak akibat pengaruh angin dan arus yang dibangun dalam penelitian ini telah dapat menggambarkan gerakan arus dan lintasan tumpahan minyak serta penyebarannya di Selat Malaka, Selat Makasar dan Selat Lombok.

 

 

5.2           Saran

Disarankan agar perlu adanya koordinasi serta pembagian wewenang antara pemerintah serta instansi yang terkait (stake holder) dalam upaya penanggulangan bencana tumpahan minyak di laut. Dalam koordinasi ini Laboratorium Oseanografi ITB dapat berperan aktif sebagai penyedia informasi dan peramalan dini pergerakan tumpahan minyak serta dapat berperan sebagai clearing house dalam masalah tumpahan

 

DAFTAR PUSTAKA

1.     Arvelyna, Yessy. 1997. Pemaduan Model Matematis Tumpahan Minyak dengan Sistem Informasi Geografis di Perairan Teluk Balikpapan dan Tanjung Bayur (Selat Makasar). Tugas Akhir, Jurusan GM-ITB, Bandung.

2.     Backhouse, J.O. 1983. A Semi-Implicit Scheme For Application To Shelf Sea Modeling Continental Shelf. Res. Vol. 2.

3.     Boston, N. 1994. Reducing The Risk-Oil Pollution In The Jurisdictional Sea Of Indonesia. EMDI.

4.     Dippner, J.W. 1980. Numerische Simulation Horizontal Verdriftung Vertical Wanderder Zooplankton. Mitt. Inst. Meereskd, Univ. Hamburg, 23.

5.     Dippner, J.W. 1984. Ein Mathematisches Modell zur Berechung der Drift, Ausbreitung und Verwitterung von Rohol Mit Anwendung Auf Die Deutsche Bucht. Dissertation zur Erlangung des Doctorgrades der Naturewissenschaften Im Fachbereich Geowissenchaften der Universitat Hamburg Vorgelegt von Hamburg. 83.

6.     ESRI.  1994. Avenue Customazition and Application Development for Arcview. USA. 118.

7.     Fay, J.A. 1969. The Spread of Oil Slick on Calm Sea. Oil on The Sea. Plenum Press, New York.

8.     Fay, J.A. 1971. Physical Process in The Spread of Oil on A Water Surface. In Proceedings of The Joint Conference on Prevention and Control Oil Spill, API, Washington DC.

9.     Hadi, S., Mihardja, D.K., Hartati, S., Kumar, D. 1989. Model Tumpahan Minyak di Laut. Laporan Penelitian No. 9422388, Lembaga Penelitian Institut Teknologi Bandung.

10.       Hadi, S., Mihardja, D.K., Fitriyanto, M.S. 1994. Studi Pengendalian Dampak Tumpahan Minyak Di Jalur Penelitian. Laporan Penelitian. Jurusan GM-ITB dan BAPEDAL.

11.       Hadi, S., Mihardja, D.K., Fitriyanto, M.S. 1995. Studi Pola Penyebaran Tumpahan Minyak di Selat Lombok. Proyek Penyusunan Neraca Sumberdaya Kelautan dan Pesisir.

12.       Hadi, S., Mihardja, D.K., Fitriyanto, M.S. 1995. Studi Pola Penyebaran Tumpahan Minyak di Selat Makasar. Proyek Penyusunan Neraca Sumberdaya Kelautan dan Pesisir.

13.       Hadi, S., Mihardja, D.K., Suprijo, T. 1996. Pemodelan Tumpahan Minyak di Selat Makasar. Kumpulan Makalah Seminar Sehari Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Selat Makasar.

14.       Hartati, S. 1994. Penginderaan Jarak Jauh Untuk Meteorologi, Oseanografi, Geofisika. Diktat Kuliah, Jurusan GM-ITB, Bandung.

15.       Huda, Amirul. 1999. Visualisasi Animasi Tumpahan Minyak di Selat Malaka. Tugas Akhir, Jurusan GM-ITB, Bandung.

16.       Krogh, F. 1980. Computer Simulation of Oil Spill. Detnorske Veritas, Paper Series No. 80 P034.

17.       Mellor, G. L. 1996. Users guide for a three-dimensional, primitive equation, numerical ocean model, Princeton University, Princeton.

18.       Ningsih, N.S. 2000. Three-dimensional model for coastal ocean circulation and sea floor topography changes: application to the Java Sea, Doctoral Thesis in Engineering, Civil Engineering, Kyoto University, Japan.

19.       Nugroho, P. D. 1998. Pengembangan Sistem Informasi Penanggulangan Tumpahan Minyak dengan Memadukan Model Matematis dan Sistem Informasi Geografis, Studi Kasus Selat Malaka. Tugas Akhir, Jurusan GM-ITB, Bandung.

20.       Radjawane, I.M. 1990. Studi Hidrodinamika Pasang Surut Selat Malaka. Tugas Akhir, Jurusan GM-ITB, Bandung.

21.       Riandini, Fitri. 1995. Studi Hidrodinamika di Selat Lombok. Tugas Akhir, Jurusan GM-ITB, Bandung.

22.       Salam, Abdul. 1992. Pengenalan Sistem Informasi Geografis dengan Metoda PC Arcinfo. ADP III. 425